Oleh: Merrysa Dirganova, M.Sc.
(Bidang Kerja Sama Nasional dan Internasional)People need revelation, and then they need resolution. “Damian Lewis”
Perayaan tahun baru biasanya dilakukan dengan meriah dan penuh dengan kegembiraan. Pada umumnya, orang sangat menantikan momen pergantian tahun baru ini dengan menyelesaikan apa yang sudah direncanakan untuk dilakukan, dan juga dengan membuat resolusi yang ingin dicapai di tahun berikutnya.
Secara historis, resolusi tahun baru adalah sebuah tradisi yang awalnya dilakukan oleh orang-orang di belahan dunia bagian Timur pada jaman dahulu kala. Resolusi ini dilakukan dengan membuat janji pada dirinya sendiri untuk meningkatkan kualitas diri sendiri dan berbuat sesuatu hal yang lebih baik. Beberapa pandangan dari segi religius menambahkan bahwa dalam membuat resolusi, orang-orang juga biasa memperkuat keinginan dan keyakinannya dengan berdoa dan berpuasa.
Secara ilmiah, penelitian di abad ke-21 mencatat, secara rata-rata sekiranya hanya 40% orang yang membuat resolusi setiap tahunnya. Resolusi yang pada umumnya ingin dicapai adalah mengenai perbaikan pola makan, penurunan berat badan, kontrol finansial yang lebih baik, berhenti merokok, pencarian pasangan hidup, dan ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga.
Sebuah artikel dari Journal of Clinical Psychology dari University of Scranton juga mencatat bahwa hanya 8% orang-orang yang pada akhirnya berhasil meraih resolusinya ini. Dikatakan pula bahwa orang-orang yang berhasil mencapai resolusinya memiliki kecenderungan untuk dapat mengubah perilaku 10x lebih baik dari mereka yang tidak berhasil. Lalu bagaimana cara untuk mencapai resolusi tahun baru kita?
Selangkah demi selangkah
Daripada membuat daftar panjang hal-hal yang ingin kita lakukan, mulailah dengan membuat daftar pendek dan sederhana, yaitu hal-hal yang dapat kita lakukan. Psikolog Lynn Bufka menambahkan hal yang terpenting adalah bukan berapa banyak hal yang kita ubah, tetapi bahwa perubahan pola hidup itu sangat penting dan saat ini kita sedang berusaha mencapainya, selangkah demi selangkah.
Lakukan setiap hari
Perubahan atau rencana yang ingin kita raih tidaklah selalu semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses berkelanjutan yang juga mempengaruhi kerja kita baik dari segi fisik maupun mental.
Waktu dan kualitas usaha yang kita habiskan untuk mencapai resolusi ini menentukan kemungkinan keberhasilan pencapaian itu sendiri. Contohnya, seorang pelari yang baru memulai latihannya tidak akan mungkin untuk dapat melakukan marathon 21 kilometer jika dia tidak memulai latihan secara reguler, karena tubuh dan pikirannya belum terbiasa dengan jarak lari yang panjang. Daniel Coyle, seorang editor terkenal di New York, mengatakan bahwa praktik keseharian membuat orang biasa mencapai hal-hal yang luar biasa.
Berpikir realistis
Seorang professor psikologi Peter Herman dan rekan menemukan fenomena false hope syndrome, dimana orang-orang cenderung membuat resolusi yang tidak masuk akal dan juga bahkan tidak sesuai dengan pandangan internal mereka sendiri. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan pandangan positif terhadap kepercayaan diri sendiri. Pemikiran realistis lainnya adalah kita berpikir bahwa dengan mencapai resolusi, maka seluruh kehidupan pun akan berubah; namun jika kita gagal, maka kita akan menjadi lebih buruk dan kembali ke perilaku yang lama. Inilah yang menyebabkan seseorang menjadi frustrasi dalam langkah mencapai resolusinya.
Membuat resolusi tahun baru adalah hal yang baik dilakukan dalam meningkatkan kualitas hidup. Namun juga, tetaplah mencoba bersenang-senang dalam mencapainya. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri jika memang belum berhasil mencapai apa yang ingin kita raih, namun lihat kembali prosesnya dan sadari bahwa betapa mengagumkan semua proses yang sudah kita lakukan tersebut. Terakhir, mengutip perkataan John Norcross dari University of Scranton: “We say if you can’t measure it, it’s not a very good resolution because vague goals beget vague resolutions”.